Jakarta -- Lebih dari 170 negara kini tengah berperang melawan virus corona. Virus mematikan itu telah menginfeksi 245 ribu orang di seluruh dunia.
Belum ada obat maupun vaksin yang dapat menjinakkan virus tersebut.
Beberapa negara yang terpapar parah memilih melakukan pembatasan wilayah atau lockdown untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Warga diminta tidak keluar rumah.
Sebagai pencegahan, warga di seluruh dunia diminta menerapkan hidup sehat dan bersih. Rajin mencuci tangan sangat disarankan. Juga menjaga jarak aman ketika berada di ruang publik.
Masker dan hand sanitizer menjadi tameng terakhir untuk melindungi diri dari risiko terpapar virus corona. Tak heran masker dan hand sanitizer kini sulit ditemukan. Harganya pun melambung tinggi.
Berikut upaya yang dilakukan sejumlah negara untuk menjamin ketersediaan masker dan hand sanitizer.
1. Indonesia
Sejak wabah corona terkonfirmasi muncul di Indonesia, masker dan hand sanitizer semakin sulit dicari di toko dan apotek.
Harga masker mulut dan hand sanitizer di toko online atau e-commerce melambung tinggi. Begitu juga untuk harga hand sanitizer. Di beberapa platform belanja online, harga pembersih tangan tersebut bisa mencapai ratusan ribu untuk satu botol ukuran kecil dan sedang berbagai merek.
Demi memperbanyak jumlah pasokan, pemerintah membebaskan bea cukai etil alkohol sebagai bahan baku hand sanitizer yang mulai langka karena corona.
Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi menuturkan keputusan ini diambil demi mempermudah pembuatan hand sanitizer dan alat antiseptik lain agar pasokan meningkat.
Indonesia juga ingin mengimpor sejumlah bahan baku masker demi memperbanyak pasokan dan memenuhi permintaan di dalam negeri.
2. Taiwan
Sejak awal virus corona merebak di China, Taiwan dengan sigap membentuk rencana penanggulangan wabah Covid-19 belajar dari pengalaman ketika SARS menyebar sekitar 2013.
Pemerintah Taiwan segera mengendalikan distribusi alat-alat kesehatan termasuk masker dan hand sanitizer.
Selain menutup ekspor demi menghemat persediaan masker di dalam negeri, Taiwan langsung meminta masker medis diproduksi di seluruh negeri pada 31 Januari lalu.
Taiwan memberikan kewenangan Pusat Komando Epidemi untuk mendistribusikan masker-masker ke rumah sakit, minimarket, dan apotek di seluruh negeri. Mereka juga menetapkan harga jual 5 dolar Taiwan atau Rp2.000 per lembar.
Taiwan turut menerapkan aturan pembatasan pembelian masker per individu.
Dilansir South China Morning Post, Taiwan bahkan mengembangkan aplikasi pemantau stok masker di tengah pandemi corona. Aplikasi ini mampu melacak ketersediaan masker di daerah lokal.
3. Prancis
Presiden Emmanuel Macron segera menyatakan mengambil alih kendali pasokan masker demi mencegah kelangkaan barang tersebut di tengah wabah corona.
Macron menyatakan pemerintah mendata seluruh persediaan dan produksi masker. Kemudian mereka mengawasi distribusi langsung kepada para tenaga medis dan penduduk Prancis yang terdampak virus corona.
Prancis juga untuk sementara tidak mengekspor masker untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Selain masker, hand sanitizer juga ikut menjadi incaran masyarakat di Prancis. Kasus corona yang terus melonjak di negara Eropa itu turut mendorong keprihatinan beberapa pihak, tak terkecuali label fesyen mewah, Louis Vuitton, mengalihfungsikan pabrik parfum mereka untuk memproduksi pembersih tangan.
VMH mengklaim membantu otoritas kesehatan Prancis dengan membuat pembersih tangan dan memberikannya secara gratis.
Mengutip CNN, gel pembersih tangan tersebut akan dikirim ke otoritas kesehatan Prancis dan Assistance Publique-Hospitaux de Paris, sebuah jaringan dari 39 rumah sakit pendidikan yang merawat lebih dari 8 juta pasien setiap tahun.
4. New York, Amerika Serikat
Saran cuci tangan demi basmi virus corona membuat banyak orang panik dan memborong hand sanitizer. Keadaan darurat tersebut membuat New York meluncurkan merek pembersih tangan sendiri.
Pembersih tangan ini dibuat oleh para tahanan penjara. Gubernur NYC Andrew Cuomo mengatakan bahwa 100 ribu galon pembersih tangan NYS Clean akan diproduksi oleh para tahanan yang sudah diajari cara membuat sabun.
NYS Clean memiliki kandungan alkohol 75 persen. Produk pembersih ini akan diberikan secara gratis kepada lembaga pemerintah, sekolah, diletakkan di sistem transportasi umum dan penjara.
Pembuatan produk pembersih tangan ini menjadi bagian dari program corcraft, sebuah merek yang diproduksi oleh Departemen Pemasyarakatan dan Pengawasan Masyarakat NYS. Mereka menggunakan narapidana di fasilitas pemasyarakatan di seluruh New York untuk tenaga kerja murah.
5. Maryland, AS
Beberapa pabrik penyulingan alkohol di Negara Bagian Maryland mengubah bisnis mereka dengan memproduksi hand sanitizer. Langkah itu dilakukan demi memasok lebih banyak pembersih tangan ke toko dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat atas hand sanitizer di tengah pandemi corona ini.
Salah satu pabrik, Petapsco Distilling Co. di Sykesville beralih usaha dari menyaring alkohol menjadi memproduksi hand sanitizer.
Hal itu didukung Gubernur Maryland Larry Hogan.
"Sejumlah penyulingan kami sekarang memproduksi ratusan botol hand sanitizer untuk masyarakat setempat alih-alih memproduksi alkohol," kata Hogan seperti dilansir WBALTV.
6. Jepang
Perdana Menteri Shinzo Abe mendesak perusahaan dan pengusaha di seluruh Jepang untuk meningkatkan produksi masker. Jepang menargetkan produksi masker bisa meningkat hingga 600 juta buah setiap bulan per Maret ini.
Salah satu perusahaan elektronik Jepang, Sharp, mulai memproduksi masker medis massal demi membantu target pemerintah tersebut.
Media Jepang, Nikkei Asian Review, menuturkan Sharp akan memproduksi setidaknya 150 masker setiap hari. Sharp diperkirakan akan menerima subsidi pemerintah sekitar 30 juta yen terkait produksi ini.
Perusahaan manufaktur Jepang, Unicharm, memproduksi 20 juta masker setiap minggu sebelum wabah corona menyebar. Kini, perusahaan itu memproduksi sekitar 100 juta masker setiap minggu di tengah situasi darurat ini.
7, Singapura
Pemerintah Singapura berinisiatif mencari pemasok baru di tengah kelangkaan masker secara global. Negara kota di Asia Tenggara itu meningkatkan stok masker dari pemasok tradisional dengan bantuan angkatan bersenjata.
Angkatan Bersenjata Singapura bekerja sepanjang waktu untuk mengemas masker dan menggandeng Asosiasi Rakyat untuk mendistribusikan.
Masker-masker itu akan dibagikan secara gratis, di mana satu keluarga akan diberikan masing-masing empat masker. Meski begitu, pemerintah Singapura meminta masker tersebut digunakan untuk orang-orang yang sakit saja.
Masker-masker itu dibagikan di pusat komunitas warga. Untuk mendapatkan masker, warga harus menunjukkan kartu identitas. Sedangkan warga yang rentan, masker akan dikirimkan ke rumah mereka.
Sumber : cnnindonesia.com